Jakarta, 29/6 – Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni P. Purbasari mengatakan program Kartu Prakerja sebagai inovasi layanan publik di mana peserta dapat memilih dan mengoptimalkan sendiri bantuan biaya pelatihan yang diberikan.
“Manfaat pertama bagi peserta program Kartu Prakerja adalah mendapatkan akses terhadap 2.700 jenis pelatihan yang tersedia di ekosistem Kartu Prakerja dan mereka bisa memilih sendiri pelatihan yang mereka mau,” kata Denni ketika dihubungi oleh ANTARA dari Jakarta pada Ahad.
Memberikan pilihan itu, kata dia, adalah sebuah inovasi layanan publik di mana biasanya penerima bantuan tidak memiliki kesempatan untuk memilih dalam bantuan sosial. Dana bantuan pelatihan Kartu Prakerja sebesar Rp1.000.000 dapat dioptimalkan sesuai dengan keinginan pemanfaat.
Denni memberi contoh bagaimana testimoni dari beberapa pekerja yang mengatakan sudah mengambil lima pelatihan dan masih terdapat sisa dana yang bisa dipakai sampai dengan akhir tahun.
“Kita serahkan sepenuhnya kontrol kepada masyarakat,” kata dia.
Selain itu, manfaat dari Kartu Prakerja yaitu peserta dapat menerima insentif bantuan sebesar Rp600.000 per bulan diberikan selama empat bulan yang bisa diterima setelah menyelesaikan minimal satu pelatihan.
Insentif itu merupakan salah satu modifikasi yang dilakukan kepada program Kartu Prakerja setelah sebelumnya dirancang untuk reskilling dan upskilling. Pemberian insentif sebagai bentuk jaringan pengaman sosial di tengah pandemi COVID-19 yang memberi dampak kepada perekonomian.
Denni juga mengatakan sistem penilaian pelatihan oleh peserta juga membuat ekosistem Kartu Prakerja menjadi relevan karena peserta lain dapat memilih pelatihan setelah melihat ulasan tersebut sebagai dasar pertimbangan memilih.
Dalam survei yang diadakan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) kepada peserta program pelatihan Kartu Prakerja, sekitar 92 persen penerima menyatakan pelatihan yang didapat efektif dan bisa meningkatkan kesempatan memperoleh kerja.
Survei yang dilakukan pada 19 Mei hingga 1 Juni itu juga melihat bahwa 80,8 persen merupakan pengangguran, 12,1 persen merupakan karyawan atau buruh dan sisa 7,1 persen adalah pemilik usaha. Sekitar 96 persen menyatakan gabungan pelatihan dan bantuan sosial membantu meringankan hidup di masa pandemi. (ANT/ZA)