ANKARA – Di tengah ketegangan dengan Yunani terkait sengketa eksplorasi sumber energi di Mediterania Timur, Turki, mengembangkan rudal hipersonik dan teknologi senjata laser.
Seperti di lansir dari sindonews.com, senin, (31/8/2020). Pengembangan senjata itu disampaikan Presiden Recep Tayyip Erdogan saat mengumumkan awal uji coba mesin roket berbahan bakar cair buatan dalam negeri untuk proyek misi ruang angkasa.
“Saya ingin mengumumkan dimulainya uji coba ruang angkasa pertama dari teknologi mesin roket berbahan bakar cair yang dikembangkan di dalam negeri,” kata Erdogan pada upacara pembukaan fasilitas produksi dan pusat penelitian perusahaan pertahanan terkemuka Turki, Roketsan, di Ankara pada hari Minggu.
“Kami juga akan melanjutkan upaya kami untuk mengembangkan mesin roket berbahan bakar hibrida,” ujarnya.
Dia mengatakan Roketsan telah mengembangkan teknologi sel bahan bakar hidrogen berkapasitas tinggi, sumber energi bersih dengan aplikasi untuk sektor luar angkasa, serta penerbangan dan transportasi. “Penerima GPS yang dibutuhkan untuk amunisi presisi berpemandu dan sistem persenjataan juga telah diproduksi di dalam negeri untuk pertama kalinya,” kata presiden.
“Di pusat ini, kami sedang mengerjakan teknologi masa depan, seperti senjata miniatur, sistem hipersonik, dan senjata laser dan energi terarah menggunakan teknologi elektromagnetik,” paparnya.
Presiden Erdogan menekankan bahwa Turki tidak mentoleransi kurangnya koordinasi dalam industri pertahanan. “Khususnya, kami tidak pernah menerima produk dari luar negeri yang bisa kami buat di dalam negeri. Kami telah menghidupkan kembali industri pertahanan kami yang hampir lumpuh,” katanya.
“Terinspirasi oleh warisan mulia nenek moyang kami, kami mengurangi ketergantungan eksternal industri pertahanan kami dari 70% menjadi 30%,” imbuh dia.
Dia menunjukkan bahwa Turki adalah salah satu negara teratas dalam produksi kendaraan udara tak berawak (UAV), UAV bersenjata, dan UAV ofensif. “UAV bersenjata Bayraktar TB2 kami dapat dengan mudah mencapai target dengan sistem misil 230 milimeter yang dipandu laser. Perkembangan baru ini terutama akan memperkuat kekuatan kami di garis depan,” kata Erdogan.
UAV bersenjata Bayraktar TB2 dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan pertahanan Turki, Baykar Technologies.
Berbicara kemudian pada upacara wisuda di Universitas Pertahanan Nasional di Ankara, Erdogan mengatakan; “Kami melakukan perlawanan yang efektif terhadap semua ancaman dengan menyeimbangkan investasi kami di industri pertahanan dan sumber daya manusia kami.”
Terkait situasi di Mediterania Timur, Erdogan mengklaim Turki sedang menghadapi ancaman eksternal. “Seiring dengan perang kami melawan terorisme, kami menghadapi ancaman terhadap hak dan kepentingan kami di kawasan, terutama di Mediterania dan Aegean,” katanya.
“Setiap orang yang menentang kami di darat, di udara, atau di laut menantang legitimasi Turki dan tekad kami untuk melindungi hak-hak kami berdasarkan hukum internasional,” paparnya.
Ketegangan antara Ankara dan Athena telah melonjak selama beberapa hari terakhir setelah Yunani mempersoalkan eksplorasi energi Turki di Mediterania Timur ketika mencoba untuk masuk ke dalam wilayah maritim Turki yang didasarkan pada pulau-pulau kecil di dekat pantai Turki.
Turki—negara dengan garis pantai terpanjang di Mediterania—telah mengirimkan kapal bor untuk mengeksplorasi cadangan di landas kontinennya. Ankara menegaskan Turki dan Republik Turki Siprus Utara (TRNC) memiliki hak di wilayah tersebut.
Para pejabat Turki mengatakan bahwa dialog untuk distribusi yang adil dari sumber daya apa pun akan menjadi win-win solution untuk semua pihak. Turki juga mengkritik upaya Yunani untuk mendapatkan dukungan Uni Eropa untuk memblokir eksplorasi energi resmi Ankara.(*)