LOS ANGELES – Para pengunjuk rasa di Amerika Serikat (AS) telah menyerang rumah sakit tempat dua pejabat polisi Los Angeles berada dalam kondisi kritis setelah ditembak. Presiden Donald Trump meminta agar penembak dan para penyerang polisi itu dihukum mati dengan pengadilan yang digelar cepat.
Seperti di lansir dari sindonews.com, senin, (14/9/2020). Saat menyerang rumah sakit, para demonstran berteriak; “Kami berharap mereka mati”. Dua pejabat polisi itu merupakan deputi Sheriff Los Angeles County yang ditembak di dalam mobil mereka di dekat stasiun metro di kota Compton pada hari Sabtu.
Rekaman video yang dibagikan oleh departemen sheriff menunjukkan seorang penembak mendekati kendaraan dan melepaskan tembakan tanpa peringatan atau pun provokasi.
Kedua deputi dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis, dan menjalani operasi pada Sabtu malam. Saat mereka berjuang untuk hidup, kerumunan pengunjuk rasa turun ke ruang gawat darurat rumah sakit, dengan beberapa orang di luar meneriakkan; “Kami berharap mereka mati”.
Menurut tweet dari departemen sheriff, para pengunjuk rasa memblokir jalur masuk dan keluar rumah sakit. Mereka akhirnya dibubarkan petugas polisi, di mana dua dari mereka ditangkap setelah berkelahi dengan petugas polisi.
Presiden Donald Trump sangat marah. “Jika mereka mati, pengadilan cepat (dan) hukuman mati bagi si pembunuh,” tulis Trump di Twitter pada hari Minggu (13/9). “Satu-satunya cara untuk menghentikan ini,” lanjut Trump yang dikutip dari akun @realDonaldTrump.
Sekadar diketahui, hukum California mengizinkan hukuman mati bagi pembunuh polisi. Namun, tidak ada yang dieksekusi di California sejak 2006, dan Gubernur Gavin Newsom mengeluarkan moratorium eksekusi tahun lalu.
Hukuman mati dapat diatur oleh sistem peradilan federal, tetapi dalam praktiknya, sebagian besar hukuman mati dijatuhkan oleh pengadilan negara bagian.
Trump sering menggunakan Twitter untuk menuntut eksekusi penjahat yang sangat keji. Bulan lalu dia mendesak jaksa federal untuk kembali mengeluarkan tuntutan hukuman mati untuk terpidana kasus bom maraton Boston, Dzokhar Tsarnaev, setelah hukuman matinya dibatalkan pada Mei lalu.
Sebelum menjadi presiden, Trump menyerukan eksekusi pada teroris kelompok Islamic State atau ISIS, pembunuh polisi, penembak massal, dan paedofil.
“Harus melakukan sesuatu tentang anak-anak yang hilang yang ditangkap oleh orang-orang mesum ini,” tulis Trump di Twitter pada tahun 2012. “Terlalu banyak insiden, pengadilan cepat, hukuman mati.”
Dalam tweet pro-eksekusi lainnya, Trump pernah merenung bahwa seorang pembunuh yang memenggal kepala seorang wanita di Oklahoma harus mengalami nasib yang sama.(*)