BLITAR – Budidaya air payau di sekitar pantai berkembang sedemikian pesat dalam tiga dekade terahir dengan memberikan konstribusi terhadap produksi perikanan di pasar nasional maupun internasional cukup tinggi. Kedepan, sangat diharapkan para pengusaha tambak yang memproduksi ikan atau udang selalu memperhatikan usaha budidaya berwawasan ramah lingkungan.
Maka dari itu, PT. Tri Wonosari Makmur telah menerapkan sistem pembuangan limbah yang efesien dan tidak merusak lingkungan dibantu dengan pembina kelompok masyarakat pengawas (Pokmas Was) “Rukun Jaya” yang merupakan kelompok masyarakat nelayan yang aktif berpartisipasi dalam pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan di Pantai Jolosutro.
” Dengan meng optimalisasikan rehabilitasi magrove di saluran pembuangan limbah yang menuju ke-pantai, diharapkan pohon magrove dapat menetralisir bau serta endapan dari limbah hasil panen, yang menuju ke laut. Metobe seperti ini, juga sudah banyak di gunakan oleh para pengusaha tambak udang di Situbondo dan sekitarnya.
” Karena sifatnya berkelanjutan, maka dari itu perlu kerja sama antara pemilik tambak, nelayan dan warga sekitar , misalnya usaha budidaya udang, mengunakan air payau dengan menyedok air laut dan membuangnya ketikan panen dan menyedok kembali dan itu terus-menerus, karena udang windu tidak bisa hidup di air limbah bekas panen.’’Tutur Yustianto, teknisi budaya udang PT. Tri Wonosari Makmur, Sabtu 14 Oktober 2020.
Pokwasmas “rukun Jaya” , di beritahu teman-teman Universitas Brawijaya (Unibraw) Fakultas perternakan dan perikanan untuk menanam magrove dan rawa udang di saluran pembuangan limbah yang mengarah ke pantai Jolosutro, misalnya magrove bisa hidup jika ada air dan berlumpur, fungsi akarnya bisa meresap limbah terebut, serta cemara udang berfungsi untuk menetralisir bau dari libah, sehingga air limbah yang terbuang kelaut menjadi bersih dan tidak bau.
” Penanaman langsung seperti ini, baru pertama kali di terapkan di tambak udang PT. Tri Wonosari Makmur dan juga belum ada tambak –tambak yang melakukan menanaman magrove yang berfungsi untuk menetralir bau dan peresapan racunnya.”Jelasnya Sugeng, kepala Pokmas was.
Kepala Dinas Pertenakan dan Perikanan, Adi Handaka, mengatakan diharapkan dengan metode penanaman magrove ini, di jadikan inspirator bagi pemilik tambak udang lainya maupun yang akan membuat usaha tambak di sepanjang pesisir pantai selatan pulau jawa khususnya di Kabupaten Blitar, Serta sebagai koordinasi, Komunikasi dan Kolsutasi dengan Dinas Perternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar serta PT. Tri Wonosobo Makmur.
” Selain medorong terwujudnya tambak udang yang ramah lingkungan, apalagi tahun depan jalur lintas selatan sudah mulai terwujud, di samping itu usaha tambak harus mampu meningkatkan perekonomi masyarakat sekitar, sehingga diharapkan potensi tambak serta perikanan laut bisa mendongkrat naik.” Tambahnya.(Panji)