Insiden Pembajakan Ryanair di Belarus

Lintas7News.com – Insiden yang dialami jet maskapai Inggris, Ryanair, yang dipaksa mendarat darurat di Belarus diikuti penangkapan aktivis pro oposisi, Roman Protasevich, membuat geram sejumlah negara Eropa.

Saat ini Latvia, Lithuania dan Polandia yang berbatasan dengan Belarus tengah menyelidiki kejadian itu.

Pemerintah Lithuania memerintahkan dan memperingatkan supaya seluruh penerbangan dari dan menuju negara itu harus menghindari wilayah Udara Belarus. Mereka juga meminta supaya seluruh penduduknya yang berada di ibu kota Minsk, Belarus, supaya segera pulang.

Sementara itu, maskapai utama Latvia, airBaltic, menyatakan tidak akan terbang melintasi wilayah udara Belarus hingga mereka tahu secara jelas duduk perkara pendaratan paksa itu.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Kemudian maskapai Scandinavian Airlines asal Norwegia menyatakan mengalihkan rute penerbangan Oslo-Kiev, Ukraina, tanpa harus melintasi Belarus.

Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki, mendesak seluruh negara anggota Uni Eropa menunda seluruhnya penerbangan dari dan ke Belarus.

Perdana Menteri Jerman, Heiko Maas, justr mendesak supaya pemerintah Belarus segera membebaskan Protasevich.

Kemudian Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, memerintahkan seluruh maskapai dari negara itu untuk menghindari terbang melintasi Belarus.

Diperkirakan Protasevich sudah dibuntuti agen intelijen Belarus sejak lama akibat sepak terjangnya.

Protasevich selama ini menjalankan aksi menolak rezim Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang sudah berkuasa selama 26 tahun dari luar negeri. Dia membentuk kanal di aplikasi Telegram bernama Nexta, yang menjadi salah satu motor penggerak aksi unjuk rasa menentang Lukashenko.

Pemerintahan Lukashenko menjeratnya sebagai tersangka delik pidana, yakni mengorganisir aksi massa hingga mengakibatkan kerusuhan dan merusak ketertiban umum. Dia juga masuk ke dalam daftar buronan di Belarus kategori terorisme.

Lukashenko selama ini dikenal sebagai pemimpin diktator dan dekat dengan Rusia. Mereka menjadi negara penyangga (buffer state) antara Rusia dengan negara-negara anggota Uni Eropa.

Dia kembali dilantik karena diklaim memenangkan pemilihan presiden pada 2020. Sedangkan pesaingnya yang merupakan politikus sekaligus aktivis hak asasi manusia, Sviatlana Tsikhanouskaya, menuduh ada indikasi kecurangan.

Tsikhanouskaya serta kelompok oposisi lantas menggelar unjuk rasa. Lukashenko dan rezimnya menolak klaim Tsikhanouskaya dan menuduhnya mengganggu ketertiban umum.

Lukashenko lantas memerintahkan aparat meredam aksi demo dan menangkap sejumlah tokoh oposisi. Tsikhanouskaya berhasil kabur dan saat ini bermukim di Lithuania.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.