Lintas7News.com – Topan In-Fa menerjang China timur dengan angin kencang dan hujan lebat, Minggu (25/7).
Lalu lintas laut, udara dan kereta api ditutup di sebagian besar pantai timur China usai In-Fa diperkirakan akan mendarat di dekat pelabuhan pengiriman utama Ningbo sekitar Minggu sore atau Senin dini hari.
Efek topan sudah terasa Minggu pagi di kota metropolitan Shanghai, kota terbesar di China. Hembusan angin kencang terus berembus, meski belum turun hujan lebat.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Semua penerbangan masuk dan keluar dibatalkan pada hari Minggu untuk dua bandara internasional kota seperti puluhan kereta terjadwal, sementara aktivitas di pelabuhan Shanghai dan Ningbo – dua yang terbesar di dunia – juga ditutup.
Beberapa atraksi umum di Shanghai dan kota-kota lain, termasuk Shanghai Disneyland, ditutup dan penduduk diperingatkan untuk menghindari kegiatan di luar ruangan.
Otoritas meteorologi China menyebut topan kemungkinan akan berdampak pada wilayah yang pekan lalu terkena banjir besar. Padahal wilayah ini masih berupaya membersihkan banjir paling besar dalam sejarah menerjang.
Pekan lalu, hujan deras dengan intensitas selama satu tahun mengguyur hanya dalam tiga hari di provinsi tengah Henan, menewaskan sedikitnya 58 orang.
Jutaan orang terdampak banjir, beberapa warga terjebak tanpa makanan atau air segar selama berhari-hari, dan kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah.
Lebih lanjut, In-Fa diperkirakan akan melemah begitu mendekati daratan. Tetapi kemungkinan akan terus memengaruhi cuaca di wilayah China timur selama berhari-hari, mengakibatkan hujan lebat, bahkan mungkin berdampak juga ke wilayah yang masih belum pulih sepenuhnya dari banjir besar minggu lalu.
“Penting untuk sangat waspada dan mencegah bencana yang mungkin disebabkan oleh hujan deras yang ekstrem (dari Topan In-Fa),” kata Badan Meteorologi China.
China telah mengalami banjir musim panas tahunan dan musim topan selama ribuan tahun, tetapi rekor curah hujan minggu lalu di Henan telah menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kota-kota dapat lebih siap menghadapi anomali cuaca yang menurut para ahli terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang meningkat karena perubahan iklim.
(CNNIndonesia/RI)