Penjelasan BMKG Terkait Ancaman Megathrust M 8,7 Selat Sunda

Lintas7news.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan gempa berkekuatan Magnitudo 6,6 di Banten Jumat (14/1) merupakan peringatan untuk potensi gempa Megathrust Selat Sunda mencapai M 8,7.

“Gempa kemarin bukan ancaman sesungguhnya, tapi ancaman sesungguhnya adalah potensi gempa megathrust yang memiliki magnitudo tertarget 8,7,” kata Daryono, Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Minggu (16/1).

Menurut Daryono, pemerintah dan masyarakat harus siap mengantisipasi Megathrust Selat Sunda yang akan datang.

Ia menjelaskan gempa Selat Sunda yang terjadi pekan lalu bukan kategori gempa megathrust, melainkan gempa intraslab. Gempa intraslab berada di bawah megathrust yang artinya di bawah bidang kontak antar lempeng Bumi.

Meski disebut bukan sebagai ancaman sesungguhnya jika dibandingkan dengan gempa megathrust, gempa yang terjadi di Banten dapat menambah tekanan pada zona megathrust.

“Dampak dari gempa ini bisa menambah tekanan, karena berada di bawah zona megathrust, sehingga kawasan zona mgetahthrust selat sunda tetap menjadi ancaman,” tutur Daryono.

Gempa megathrust Selat Sunda menjadi perhatian BMKG karena wilayah tersebut berada di antara dua gempa besar yang pernah terjadi, yakni gempa Pangandaran pada 2006 dan gempa Bengkulu pada 2008, yang keduanya memicu tsunami.

“Kita tahu wilayah ini sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar, dan kita juga tahu daerah ini merupakan kawasan yang berada di antara dua gempa besar yang pernah terjadi,” kata Daryono.

Lokasi Selat Sunda yang berada di antara kedua wilayah tersebut membuatnya menjadi zona kosong gempa besar yang suatu saat bisa terjadi.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Menurut data yang ada, Selat Sunda pun pernah mengalami tsunami sebanyak 10 kali, mulai dari yang disebabkan oleh gempa, Gunung Krakatau, hingga akibat longsor.

Maka dari itu, BMKG memberi perhatian yang cukup besar dalam melakukan langkah mitigasi. Di wilayah tersebut, BMKG memiliki peralatan yang lengkap untuk melakukan monitoring dan peringatan dini, seperti sensor seismik, tide guide, automatic water system, dan lain-lain.

“Kawasan ini [Selat Sunda] menjadi kawasan yang paling lengkap dalam monitoring dan peringatan dini Indonesia tsunami early warning system,” jelasnya.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.