Jokowi Akhirnya Buka Suara Terkait Konflik Rusia Ukraina

Lintas7News.com – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akhirnya bersuara soal perang yang tengah berkecamuk antara Rusia dan Ukraina.

Dalam kicauannya di Twitter, Jokowi menyayangkan kegagalan Rusia dan Ukraina mengakhiri peperangan. Padahal, kedua negara telah tiga kali berunding sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu.

“Gagalnya kesepakatan gencatan senjata di Ukraina bukan hanya mendorong eskalasi konflik bersenjata tetapi semakin bertambahnya korban jiwa dan krisis kemanusiaan di Ukraina,” tulis Jokowi di akun Twitter resminya, Selasa (8/3).

Menurut Jokowi, perang adalah persoalan ego, dan tindakan melupakan sisi kemanusiaan. Ia juga menilai peperangan “hanya menonjolkan kepentingan dan kekuasaan.”

Jokowi menuturkan jumlah pengungsi akibat konflik Rusia vs Ukraina mencapai jutaan orang. Ia khawatir jika perang berlanjut, hal itu akan memperparah situasi global.

“Menurut UNCHR, sudah 1,2 juta orang harus mengungsi ke negara lain karena perang di Ukraina. Apabila krisis berlanjut niscara akan terjadi ‘krisis pengungsi terbesar sepanjang abad’. Inilah yang harus kita sama-sama cegah agar jangan sampai terjadi,” tulisnya.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Rusia dan Ukraina baru saja melakukan pertemuan putaran ketiga sebagai upaya mengakhiri peperangan pada Senin (7/3) malam waktu setempat. Namun, diskusi itu lagi-lagi tidak menghasilkan kesepakatan signifikan dari kedua pihak terutama soal gencatan senjata.

Dalam dialog yang berlangsung selama tiga jam tersebut, masing-masing negara setuju melanjutkan langkah pembukaan koridor kemanusiaan untuk warga sipil yang dievakuasi.

Rusia dan Ukraina juga sepakat untuk membantu warga sipil mendapatkan akses logistik. Namun, belum ada kesepakatan tentang kemungkinan gencatan senjata total.

Hal itu membuat pihak Rusia dan Ukraina berencana melaksanakan pertemuan keempat untuk membahas topik yang lebih penting untuk masa depan kedua negara.

Namun sampai saat ini, belum ada kepastian waktu dan tempat soal pertemuan keempat yang dimaksud. Belarus diperkirakan bakal menjadi lokasi dialog seperti yang sudah dilakukan sebelumnya.

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.