Lintas7News.com – Rusia meminta bantuan militer dan keuangan dari China di tengah konflik dengan Ukraina. Beberapa bantuan yang diminta adalah paket makanan militer yang tidak mudah rusak.
Permintaan tersebut menggarisbawahi tantangan logistik dasar yang selama ini diyakini para ahli bahwa itu menghambat kemajuan Rusia di Ukraina.
Sebelumnya, beberapa laporan sumber menunjukkan pasukan Rusia membobol toko kelontong untuk mencari makanan saat invasi berlangsung.
Sehingga, salah satu sumber menyatakan makanan menjadi permintaan Rusia yang mungkin bisa dipenuhi China. Hal itu diyakini karena tidak menjadi bantuan mematikan yang dinilai provokatif oleh Barat.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Sebelumnya, AS memiliki informasi yang menunjukkan China mengungkapkan keterbukaan untuk memberi Rusia bantuan militer dan keuangan di tengah perang dengan Ukraina.
Namun, belum jelas mengenai kepastian pemberian bantuan China kepada Rusia dalam bentuk apa pun.
Sementara itu, AS juga terus menerus mengingatkan China mengenai potensi dan konsekuensi pemberian bantuan terhadap Rusia, termasuk dalam pertemuan 7 jam antara perwakilan kedua negara itu di Roma.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu diplomat senior China Yang Jiechi di Roma, Senin (14/3) waktu setempat. Pertemuan itu disebut membahas isu-isu substansial tentang invasi Rusia ke Ukraina.
“Kami memiliki kekhawatiran mendalam mengenai keselarasan China dengan Rusia,” kata salah satu pejabat senior AS mengenai pertemuan itu.
Namun, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dalam kesempatan berbeda menggarisbawahi China yang sesungguhnya bisa memberikan pengaruh kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang dengan Ukraina.
“Kami telah berkomunikasi dengan sangat jelas ke Beijing, bahwa kami tidak akan berdiam diri,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.
“Kami tidak akan mengizinkan negara mana pun untuk memberi kompensasi kepada Rusia atas kerugiannya.”
“China bisa melakukan lebih dari mungkin banyak negara lain untuk mengakhiri kekerasan yang tidak masuk akal ini, kebrutalan ini, pada perang yang direncanakan Putin.”
(CNNIndonesia/RI)