Sekjen PBB: Tak Ada Pemenang Dalam Perang Rusis-Ukraina

Lintas7News.com – Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mendesak perdamaian di Ukraina pada Senin (14/3). Ia mengatakan perang antara Rusia dan Ukraina hanya akan menghasilkan kekalahan, bukan kemenangan, apabila tersebut berlangsung.

“Ratusan ribu orang hidup tanpa air atau listrik. Setiap jam berlalu, dua hal jadi semakin jelas. Pertama, itu terus memburuk. Kedua, apapun hasilnya, perang ini tidak akan memiliki pemenang, hanya pecundang,” kata Guterres, Senin (14/3).

Ia juga menyoroti data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mencatat sedikitnya 24 fasilitas kesehatan terdampak serangan Rusia terhadap Ukraina. Belum lagi, jalanan, bandara dan sekolah yang jadi reruntuhan.

“Ukraina terbakar. Negara ini dihancurkan di depan mata dunia. Dampaknya pada warga sipil mencapai proporsi yang mengerikan,” tuturnya.

“Orang tak bersalah yang tak terhitung jumlahnya – termasuk wanita dan anak-anak – telah terbunuh,” katanya kepada wartawan.

Guterres mengatakan telah berbicara dengan beberapa pemimpin dunia yang telah melakukan kontak dengan pemimpin Rusia Vladimir Putin. Dia mengatakan mereka sedang melakukan upaya mediasi.

Namun, Guterres sendiri belum berbicara dengan Putin sejak konflik di Ukraina dimulai pada akhir Februari 2022.

Ia pun sangat berhati-hati ketika diminta tanggapan soal desakan Ukraina atas zona larangan terbang demi menghentikan serangan Rusia ke negara tersebut.

“Mempertimbangkan kemungkinan itu sebagai risiko eskalasi yang dapat menciptakan konflik global. Berdasarkan analisis itu, saya pikir kita perlu berhati-hati, bahkan jika saya memahami daya tarik dramatis pemerintah Ukraina.”

Dilansir dari CNNIndonesia.com- Terpisah, juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan Rusia kini memperluas target mereka ke Ukraina. Mereka menargetkan fasilitas pelatihan Yavoriv, dekat Lviv, Ukraina barat pada Minggu (13/3).

Fasilitas pelatihan adalah lokasi anggota Garda Nasional Florida telah melakukan pelatihan. Para anggota disebut telah meninggalkan Ukraina sebelum invasi.

Terpisah, Pejabat Kementerian Pertahanan AS mengindikasikan larangan terbang di atas Ukraina tidak bisa menghindari serangan Rusia.

Indikasi itu muncul setelah pangkalan militer Ukraina barat hancur akibat rudal dari pesawat yang terbang di wilayah udara Rusia.

“Rudal itu diluncurkan dari atas Rusia ke Yavoriv pada Sabtu (12/3) malam,” kata pejabat anonim tersebut, Senin (14/3).

Sehingga, pejabat AS tersebut menilai serangan itu menjadi contoh zona larangan terbang di atas Ukraina “tidak akan berpengaruh.”

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali menyerukan pembentukan zona larangan terbang di atas Ukraina saat Rusia melanjutkan serangan di seluruh negara tersebut.

AS dan NATO telah menentang pembuatan zona larangan terbang di Ukraina, memperingatkan langkah seperti itu dapat menyebabkan “perang penuh di Eropa.”

(CNNIndonesia/RI)

Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.