Lintas7news.com – Turki membatalkan latihan gabungan militer dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang sedianya akan digelar di Laut Hitam saat konflik Rusia-Ukraina masih berlangsung. Keputusan itu diambil karena Ankara ingin menjadi mediator kedua negara tersebut.
Kepastian itu diungkap Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu pada Selasa (31/5) lalu. Ia mengatakan keputusan itu sesuai dengan konvensi Montreux.
Konvensi Montreux merupakan sebuah perjanjian pada 1936 yang memberikan Turki kendali atas selat-selat Bosporus dan Dardanelles serta mengatur transit kapal-kapal perang angkatan laut.
Ia juga mengatakan, Turki enggan mengikuti kampanye sanksi berat terhadap Rusia sebagaimana sikap yang diambil Barat. Hal itu ditempuh karena Turki ingin menjadi mediator untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.
“Jika kami memberikan sanksi, kami tak akan bisa memenuhi peran mediasi yang sudah kami punya sekarang,” kata Cavusoglu kepada Anadolu Agency.
Ia kemudian berujar, “Kami menerapkan Konvensi Montreux pada kapal perang. Tapi untuk wilayah udara, koridor itu, kami harus tetap membukanya.”
Cavusoglu mengaku tindakan Turki sudah sesuai dengan konvensi yaitu dengan membatalkan atau menunda latihan NATO yang sudah direncanakan.
“Kami memainkan peran penting dan kami memenuhi kewajiban kami,” tegas dia.
Dilansir dari CNNindonesia.com – Cavusoglu juga menggaris bawahi bahwa sejak awal Ankara hanya akan bergabung dengan sanksi PBB, jika secara resmi dijatuhkan ke Rusia.
“Semua orang sekarang bisa menjatuhkan sanksi kepada siapa pun yang mereka inginkan. Itu urusan mereka. Kami telah memilih peran mediator, kami berusaha membuat segalanya lebih mudah. Dan posisi ini disambut baik di UE, di dunia,” imbuh dia.
Namun, Cavusoglu mencatat bahwa kebijakan Turki untuk tak bergabung menjatuhkan sanksi terhadap Rusia bukan berarti ada kemungkinan untuk menghindarinya.
Turki pernah menjadi tuan rumah dalam sejumlah negosiasi antara Rusia dan Ukraina. Namun pertemuan itu tak menuai hasil alias gagal mencapai gencatan senjata.
(CNNIndonesia/RI)