Lintas7news.com – Isu normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi terus menguat dalam beberapa waktu terakhir.
Hal itu pun diakui pula oleh Menlu Israel, Yair Lapid, pada awal pekan ini. Lapid mengatakan pihaknya terus bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Teluk agar bisa menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Sejumlah pejabat senior Israel pun diklaim bolak-balik ke Riyadh–pusat kerajaan Arab Saudi–di tengah kabar upaya normalisasi hubungan kedua negara tersebut.
Jika benar terealisasi, dampaknya bukan hanya di kawasan, terutama kawasan. Pengamat Timur Tengah menilai isu normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel itu pun bisa berdampak secara sosial dan politik ke Indonesia.
Pengamat hubungan internasional yang juga konsen di kajian Timur Tengah dari Universitas Muhammadiyah Riau, Fahmi Salsabila, menerangkan secara simbolis hubungan diplomatik sama saja mengakui keberadaan Israel.
Selain itu dari sisi sosial juga akan ada guncangan. Mulai dari kehilangan pegangan hingga kemungkinan demonstrasi di Kedutaan Saudi. Hal itu terkait kesadaran muslim global untuk membela Palestina yang ditindas, dan wilayahnya direbut Israel.
“Demo di Indonesia, [misalnya] di kedutaan Arab Saudi di Jakarta,” jelas Fahmi saat ditanya mengenai dampak ke masyarakat RI jika Saudi-Israel normalisasi, Kamis (2/6).
Perlu dicatat pula, Arab Saudi adalah kerajaan Islam yang memiliki dua masjid suci muslim dunia yakni Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekkah. Masjid yang terakhir di sebut bahkan terdapat Ka’bah yang menjadi kiblat umat Islam sedunia.
Sementara itu di wilayah Yerusalem yang dulunya diakui seutuhnya bagian teritorial Palestina sebelum masuk Israel–terdapat Masjidil Aqsa, kiblat umat Islam sebelum dipindahkan ke Ka’bah di Mekkah.
Dampak yang lain dari normalisasi hubungan dengan Israel yakni kepercayaan masyarakat di Indonesia–utamanya muslim– terhadap Saudi juga hancur.
“Kepercayaan lambat laun runtuh kepada Kerajaan Saudi, tapi dalam konteks Pusat ibadah umat Islam saya kira sedikit saja terpengaruh, karena itu kebijakan negara atau kerajaan dalam politik luar negerinya,” kata Fahmi.
Posisi Indonesia secara Kenegaraan
Selain itu, sambungnya, salah satu yang perlu diperhatikan pula apabila Indonesia mengikuti jejak negara-negara teluk untuk menjalin hubungan dengan Israel.
Sebagai informasi, negara mayoritas Muslim lain seperti Indonesia juga menjadi target Israel untuk normalisasi hubungan. Sebagai catatan, Selama ini, Jakarta dan Tel Aviv memang tak punya hubungan diplomatik.
Menanggapi rumor itu, Fahmi mengatakan dalam pergaulan internasional saat ini bukan tidak mungkin RI juga dirumorkan akan mengekor jejak Saudi.
Misalnya pada Desember 2020 silam, setelah berhasil membuka hubungan dengan sejumlah negara di Timur Tengah dan Afrika yang notabene penduduknya muslim, Israel pun dilaporkan berupaya untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Indonesia.
Namun, kala itu laporan tersebut dibantah Kemenlu RI. Juru Bicara Kemenlu RI Teuku Faizasyah kala itu menegaskan tak ada langkah-langkah dari pihaknya untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Faizasyah menyatakan sampai saat ini pemerintah Indonesia masih tetap berpegang terhadap konstitusi dan melanjutkan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.
“Pelaksanaan politik luar negeri yang dijalankan Kemlu dalam konteks konfik Palestina-Israel senantiasa berpegang pada amanat konstitusi,” ujar Faizasyah kala itu.
Fahmi mewanti-wanti apabila Israel mendekati pula Indonesia untuk normalisasi hubungan, dampak paling berat dirasakan Palestina dalam perjuagnannya.
“Jika Indonesia juga melakukan hal serupa [normalisasi dengan Israel], bisa dibayangkan betapa makin terkucilnya Palestina di dunia Internasional,” kata Fahmi.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Senada, pengamat kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel bisa berdampak ke republik ini.
“Jika normalisasi dilakukan Saudi tentunya berdampak ke Indonesia untuk melakukan hal yang sama,” kata Yon.
(CNNIndonesia/RI)