Lintas7news.com – Rusia dilaporkan menangkap dan mendenda anggota partai, pengacara, hingga aktivis yang secara terbuka mengecam invasi Moskow ke Ukraina.
Seorang aktivis sekaligus politikus Partai Libertarian, Oleg Mamadov, menjadi satu dari semakin banyak orang di seluruh penjuru Rusia yang dihukum usai undang-undang baru diterapkan sejak invasi ke Ukraina berlangsung.
UU itu memberikan kewenangan negara mengkriminalisasi semua kritikus terhadap invasi Rusia ke Ukraina yang diperintahkan Presiden Vladimir Putin.
Sekitar Jumat (1/7) dini hari, apartemen Mammadov digeledah, saluran media sosial Partai Libertarian di Bashkortostan, Rusia, juga diblokir.
Aparat keamanan Rusia dilaporkan menyita laptop, router, dan membobol isi ponsel nenek Mammadov yang saat penggeledahan ada di apartemen tersebut.
Politikus berusia 20 tahun itu tidak sedang berada di apartemennya ketika penggeledahan terjadi. Namun, sang nenek mengatakan bahwa razia dilakukan pihak berwenang karena “Oleg diduga menyebarkan informasi palsu tentang tentara Rusia di Telegramnya.”
Sampai saat ini, pihak berwenang Rusia masih belum mengetahui keberadaan Mammadov.
Mammadov merupakan kritikus vokal Putin terutama sejak Rusia menginvasi Ukraina. Sebelum ditangkap, Mammadov sempat didenda 45 ribu rubel pada Maret lalu karena menyepelekan militer Rusia.
Ia juga sempat ditahan selama 4 hari karena menempel stiker anti-perang di sekitar jalanan kota.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Selain Mammadov, dalam insiden terpisah, seorang pengacara terkemuka Rusia Dmitry Talentov juga ditangkap dan menghadapi hukuman 10 tahun penjara karena menyebarkan “informasi palsu” tentang tentara Rusia di Facebook, kantor berita independen Mediazona melaporkan pada awal pekan ini.
Pihak berwenang Rusia juga mendenda mantan wakil parlemen Kota Kargopol, di Oblast Arkhangelsk, karena membagikan poster yang mengatakan: “Kami menentang perang” di platform media sosial Rusia VKontakte.
Menurut kantor berita independen berbahasa Rusia, Idel.Realii, Mammadov menghadapi hukuman tiga tahun penjara jika ditahan.
“Apa lagi yang bisa dilakukan? Kita hidup di negara yang semakin otoriter,” katanya kepada outlet tersebut.
Pada pertengahan Mei, pihak berwenang Rusia telah membuka setidaknya 1.938 kasus yang mendiskreditkan angkatan bersenjata,” menurut OVD-Info, sebuah kelompok pengawas yang melacak jumlah penangkapan di Rusia, Radio Free Europe melaporkan.
(CNNIndonesia/NB)