Lintas7News.com – Kim Jong-un dilaporkan mengaktifkan kembali reaktor nuklir utama negaranya, Yongbyon, satu langkah yang dianggap sebagai pertanda Korea Utara kembali mengembangkan program senjata.
Pengaktifan kembali reaktor nuklir ini terpantau oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Dalam laporan tahunannya yang dirilis pada Senin (30/8), IAEA melaporkan indikasi Yongbyon kembali beroperasi.
“Sejak awal Juli, ada beberapa indikasi, termasuk pelepasan air dingin, yang menunjukkan reaktor beroperasi,” demikian bunyi laporan IAEA.
Jika benar, maka Korut mengaktifkan kembali salah satu reaktor nuklir utama mereka yang sudah tak beroperasi sejak Desember 2018 lalu.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – IAEA sendiri sebenarnya sudah diusir dari Korut sejak 2009. Namun, badan atom itu masih memantau ketat perkembangan situasi di Korut dari luar.
Ketika mengetahui indikasi pengaktifan kembali Yongbyon, IAEA mengaku sangat khawatir. Mereka menegaskan bahwa pengaktifan Yongbyon merupakan “pelanggaran” terhadap resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat juga mengaku sudah menerima informasi mengenai pengaktifan kembali reaktor nuklir ini.
“Laporan ini menggarisbawahi betapa penting dialog dan diplomasi agar denuklirisasi penuh dapat tercapai di Semenanjung Korea,” ujar pejabat itu.
Ia lantas berkata, “Kami akan terus berdialog dengan Korut untuk membahas aktivitas yang dilaporkan ini dan berbagai hal lain terkait denuklirisasi.”
Pekan lalu, perwakilan AS di Pyongyang, Sung Kim, juga kembali menegaskan kesiapannya untuk bertemu dengan pemerintah Korut “di mana pun dan kapan pun.”
AS mulai gencar berdiplomasi agar Korut menghentikan program senjata nuklirnya sejak beberapa tahun belakangan, terutama di sejak Presiden Donald Trump menjabat.
Awalnya, diplomasi berjalan lancar hingga Trump dan Kim Jong-un bertemu dua kali. Namun setelah itu, perundingan mandek karena perbedaan pendapat antara Kim dan Trump mengenai detail kesepakatan denuklirisasi.
Di masa pemerintahan Biden, AS mencoba menghidupkan kembali perundingan denuklirisasi, tapi hingga kini belum ada perkembangan berarti.
(CNNIndonesia/RI)