BEIJING – Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, memberikan peringatan kepada Amerika Serikat (AS). Wang mengatakan kepada AS untuk berhenti ikut campur urusan negara lain dan AS telah bertindak terlalu jauh.
Seperti di lansir dari sindonews.com, minggu, 13/9/2020). “Sekarang adalah waktunya bagi China untuk meminta Amerika Serikat agar tidak mencampuri urusan dalam negeri China,” kata Wang, selama konferensi pers bersama yang dia adakan hari Jumat di Moskow dengan mitranya dari Rusia, Sergey Lavrov.
Wang juga menyatakan bahwa Kongres AS terlampau seriang memperkenalkan berbagai RUU tentang urusan dalam negeri China, sesuatu yang tidak pernah dibahas oleh Kongres Rakyat Nasional.
Selama konferensi pers bersama itu, Wang memperingatkan bahwa AS telah bertindak terlalu jauh dan mengulurkan tangannya terlalu lama.
“Kami menyarankan beberapa orang di AS lebih baik mengelola urusan mereka sendiri terlebih dahulu, mematuhi prinsip-prinsip hubungan internasional dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri negara lain,” cetusnya menurut transkrip yang dirilis oleh kementerian luar negeri di Beijing seperti dikutip dari Newsweek, Minggu (13/9).
Newsweek menghubungi Departemen Luar Negeri A.S. untuk memberikan komentar, tetapi tidak mendapatkan balasan tepat waktu untuk publikasi.
Komentar Wang muncul setelah Microsoft mengumumkan bahwa peretas China, Rusia, dan Iran telah melancarkan serangan siber terhadap orang-orang yang terlibat dalam kampanye Presiden Donald Trump dan calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden.
Perusahaan yang berbasis di AS, yang menjual produk pendeteksi peretasan semacam itu, menuduh bahwa peretas China secara khusus menargetkan orang-orang dalam kampanye Biden. Sementara Microsoft mengatakan perangkat lunaknya mendeteksi dan memblokir sebagian besar serangan ini, perusahaan teknologi tersebut mengatakan bukti menunjukkan fakta bahwa kelompok peretas asing telah meningkatkan upaya mereka untuk menargetkan pemilu 2020.
Microsoft mendeteksi ribuan serangan dari Zirkonium, kelompok peretas yang beroperasi dari China, antara Maret dan September. Serangan itu menghasilkan hampir 150 compromise.
“Tetapi secara tidak langsung dan tidak berhasil menargetkan Joe Biden untuk kampanye Presiden,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
Serangan dunia maya itu mengingatkan pada serangan yang dilakukan oleh kelompok peretas Rusia yang mengganggu pemilihan presiden 2016 dan membocorkan dokumen rahasia Partai Demokrat.
Hubungan AS-China terus membeku di tengah perselisihan mulai dari perdagangan dan teknologi hingga pencabutan visa jurnalis hingga penutupan konsulat.(*)