CANBERRA – Sebuah bom seberat 45kg yang tidak meledak telah ditarik ke perairan dalam lima bulan setelah ditemukan di lepas pantai New South Wales (NSW), Australia.
Seperti dilansir dari sindonews.com (11/10/2020) Senjata itu ditemukan pada akhir April oleh seorang nelayan di Elizabeth Reef di Pulau Lord Howe. Saat itu, pemancing lokal mengunjungi terumbu karang, sekitar 550 km di lepas pantai NSW, bersama istrinya dan memotret penemuannya dan melaporkannya ke pihak berwenang.
Personel pertahanan Australia mengatakan hal itu bisa menimbulkan risiko yang signifikan bagi masyarakat umum.
Penyelam angkatan laut Australia di atas kapal HMAS Adelaide kemudian dengan hati-hati memindahkan bahan peledak yang ditinggalkan itu pada 25 September dengan mengapungkannya ke permukaan dan menariknya lebih jauh ke laut untuk dijatuhkan ke perairan sedalam 550 meter.
” Kedalaman itu sangat aman. (Bom) itu tidak akan pernah terhanyut kembali ke terumbu,” kata petugas senior taman laut Australia John Pritchard.
“Tidak ada penangkapan ikan atau pukat di laut dalam yang diizinkan di luar sana. Ini hanya zona rekreasi memancing,” imbuhnya.
“Kemungkinan UXO (tata cara yang tidak meledak) untuk kembali ke permukaan dapat diabaikan,” ujarnya seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (11/10) .
Elizabeth Reef terletak sekitar 160 km di utara Pulau Lord Howe yang terdaftar sebagai warisan dunia dan membentang 8,2 km kali 5,5 km.
Bersama dengan Middleton Reef di dekatnya, ini adalah platform terumbu karang paling selatan di dunia.
“Ada 125 karang teridentifikasi di sana [dan] lebih dari 300 spesies ikan,” kata Pritchard.
” Ini adalah lingkungan yang cukup unik dan, karena sangat jauh dari mana pun, relatif tidak tersentuh,” tukasnya.
Juru bicara Menteri Lingkungan federal, Sussan Ley mengatakan, asal muasal bom jumbo itu tidak diketahui dan penyelam tidak dapat memperkirakan usianya karena kerusakan.
Bom sebesar itu digunakan sejak perang dunia pertama, terkadang dijatuhkan dari pesawat ke kapal selam yang menjadi target.
Ley mengungkapkan operasi yang sulit itu diperumit oleh pandemi Covid-19 dan membutuhkan waktu lima bulan untuk direalisasikan, selama waktu itu terumbu karang ditutup untuk pengunjung.
Ley mengatakan nelayan dan penyelam angkatan laut berpotensi menyelamatkan nyawa dan salah satu terumbu karang terpenting di Australia.
” Perangkat itu dianggap sebagai perangkat langsung oleh angkatan laut dan konsekuensinya bisa sangat menakutkan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Syukurlah ekosistem terumbu karang yang berharga dan yang paling penting telah aman, begitu juga dengan pengunjung di masa depan,” ia memungkasi.(*)