Lintas7news.com – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara tentang gangguan perdamaian di Indo-Pasifik kala situasi antara Taiwan dan China semakin panas.
“[Saya] menekankan kepentingan strategis Indo-Pasifik, termasuk sebagai mesin pemulihan ekonomi global. Setiap gangguan terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan bakal membawa efek riak bagi dunia,” kata Retno dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri Asia Tenggara, Jumat (5/8).
“Jika lautan Indo-Pasifik dipenuhi dengan dinamika, maka Asia Tenggara adalah kapal bagi kita untuk mendayung bersama, menuju destinasi bersama,” lanjutnya.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Selain itu, untuk mencapai hal itu, Asia Tenggara membutuhkan kolaborasi yang sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Hukum Internasional.
“Pun memberikan bagian penting untuk membangun perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata Retno lagi.
Tak hanya itu, Retno menilai konflik yang terjadi di kawasan lain dapat terjadi di kawasan dekat Indonesia. Ia juga menuturkan ada kemungkinan konflik yang terjadi di berbagai belahan dunia dapat memburuk.
Ancaman Krisis Pangan
Selain itu, Retno mengingatkan dunia agar tak melupakan ancaman non-tradisional, seperti krisis energi dan krisis pangan.
“Ancaman non tradisional, seperti krisis energi, krisis pangan, jangan dilupakan untuk diberi perhatian di tengah situasi tantangan keamanan, karena isu terkait pangan dan energi sangat terkait dengan kepentingan rakyat,” ujar Retno, dikutip dari rilis Kemlu.
Pernyataan Retno ini muncul sehari setelah China melangsungkan latihan militer yang ‘mengepung’ Taiwan pada Kamis (4/8). Walaupun demikian, belum ada pernyataan khusus terkait aktivitas China ini dari Kementerian Luar Negeri RI.
Dalam latihan tersebut, China mengerahkan sejumlah rudal balistik Dongfeng dan membuat Taiwan siaga.
Sebanyak 68 jet tempur dan 13 kapal perang China juga menerabas garis media Selat Taiwan pada Jumat (5/8).
(CNNIndonesia/RI)