Komnas HAM Paparkan Poin Penting Kasus Brigadir J di DPR

banner 468x60

Lintas7news.com – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyampaikan poin-poin penting terkait kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J saat Rapat Dengar Pendapat dan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi III DPR, Senin (22/8).

Poin-poin penting tersebut merupakan hasil pemantauan dan penyelidikan yang telah dilakukan oleh Komnas HAM terkait kasus itu.

banner 336x280

Komnas HAM telah memeriksa hampir semua pihak yang diduga terkait peristiwa pembunuhan yang terjadi di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Dilansir dari CNNIndonesia.com – Dalam agenda tersebut, dihadiri juga oleh Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Berikut beberapa poin yang dipaparkan:

Akui bertemu sambo

Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengaku sempat bertemu dengan mantan Sambo saat berita kematian Brigadir J dirilis pihak kepolisian. Anam berkata, Sambo hanya menangis saat bertemu dengan dirinya tersebut.

“Apakah saya betul bertemu sama Sambo, betul. Omongannya cuma nangis saja, saya tidak tahu apa yang terjadi,” ujar Anam.

Kantongi Foto Jenazah Brigadir J

Komnas HAM mengaku memegang foto jenazah Brigadir J usai ditembak hingga tewas pada 8 Juli lalu.

“Iya kami mendapatkan foto yang terjadi di tanggal 8 [Juli] di TKP pasca peristiwa kejadian, pada posisi yang paling penting adalah pada posisi jenazah yang masih ada di tempatnya di lokasi Duren Tiga tanggal 8 [Juli], tanggal 8 [Juli] pascakejadian. Itu juga kami mendapatkan,” kata Anam.

Ungkap Pengancam Brigadir J

Anam mengungkap sosok ‘Skuad Lama’ yang disebut pernah mengancam untuk membunuh Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Anam berkata sosok itu adalah Kuat Ma’ruf, sopir dan asisten rumah tangga mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Kuat Ma’ruf. Hal itu diketahui setelah melakukan penelusuran terhadap pacar almarhum Brigadir J, Vera.

Awalnya, kata Anam banyak yang mengira bahwa bahwa Kuat adalah ‘Skuad Lama’. Pasalnya nama Kuat ditulis Skuad oleh Brigadir J dalam komunikasinya kepada Vera.

“Kurang lebih kalimatnya begini, jadi Yosua dilarang naik ke atas menemui ibu P karena membuat Ibu P sakit. Kalau naik ke atas, akan dibunuh,” kata Anam menirukan isi ancaman yang disampaikan Vera.

“Siapa yang melakukan? Vera bilang oleh skuad. Skuad ini siapa, apa ADC apa penjaga, sama sama tidak tahu, saya juga tidak tahu,” ujarnya.

HP Brigadir J Dihilangkan

Komnas HAM menyatakan gawai (HP) milik Brigadir J dihilangkan usai dibunuh. Sampai saat ini keberadaan HP tersebut belum diketahui.

Anam berkata jenis dan merek HP Yosua yang diserahkan kepada keluarga berbeda dari yang asli. Hal itu diketahui pihaknya setelah memintai keterangan langsung dari keluarga Brigadir J di Jambi.

Oleh sebab itu, kata Anam, Komnas HAM belum bisa memeriksa rekam digital sebelum kematian Brigadir J dari HP tersebut.

“Dari informasi yang kami peroleh di Jambi, HP Yosua tidak model begini. HP Yosua ada Samsung, ada HP China. Ini modelnya enggak seperti ini. Ini HP yang seolah olah HP Yosua yang enggak bisa dibuka,” ucap Anam.

HP Ajudan Sambo Ditukar

Tak hanya milik Brigadir J, Komnas HAM mengungkapkan beberapa handphone ajudan atau aide de camp (ADC) mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo lainnya juga ditukar setelah beberapa hari insiden penembakan.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menyatakan HP tersebut tidak diketahui keberadaannya sejak 10 Juli atau dua hari setelah kejadian perkara sampai saat ini.

“Kemudian penghilangan dan penggantian HP seperti contoh misalnya beberapa ADC itu mereka diambil HP-nya. Tanggal 10 kira-kira jam 1 pagi mereka dikasih HP baru,” kata Taufan.

Jejak Penting 3 Grup WA Ajudan Sambo Dihapus

Komnas HAM menemukan adanya pengilangan rekam jejak komunikasi digital di tiga grup WhatsApp (WA) ajudan. Penghilangan itu berkaitan dengan adanya sejumlah gawai (HP) ajudan Sambo yang ditukar.

Anam menyebut sejumlah HP ajudan Sambo yang asli belum diketahui keberadaannya sejak 10 Juli.

“Ada beberapa grup WA, dalam catatan kami ada tiga grup WA. Itu dulunya pernah ada, terus enggak ada karena HP ganti. Terus ada, tapi yang 10 [Juli] ke bawah itu enggak ada lagi komunikasi,” kata Anam.

(CNNIndonesia/RI)

banner 336x280
Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *