Simak Perbedaan Terkait Polemik Sistem Proporsional Terbuka dan Tertutup dalam Pemilu 2024

LINTAS7NEWS – Tahun 2024 merupakan tahun diselenggarakannya pemilu di Indonesia. Pemilu merupakan suatu proses yang melibatkan warga negara dalam proses pemerintahan. Dimana warga negara terlibat secara langsung memnentukan pemerintahan negara dalam periode lima tahun kedepan.

Diselenggarakannya pemilu dalam suatu negara merupakan arti dari kedaulatan berada ditangan rakyat. Kedaulatan rakyat ini diserahkan sebagian saja kepada para penguasa. Karena pada dasarnya kedaulatan yang sesungguhnya tetap ada di tangan rakyat sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UUD 1945.

Penguasa memiliki legitimasi memerintah dan menjalankan kekuasaan sepanjang tidak merugikan kepentingan rakyat. Penyerahan sebagian kedaulatan itu dilakukan melalui proses dalam penyelenggaraan pemilu.

Pemilu atau yang biasa dikenal sebagai pesta demokrasi pun sudah didepan mata. Yakni ditahun 2024 akan menjadi momen dimana pesta demokrasi yang menjadi tumpuan penentuan arah bangsa untuk menjadi yang lebih baik.

Namun untuk pemilu 2024 kali ini masih ada hal yg menggantung di Mahkamah Konstitusi (MK), yaitu sistem terbuka atau sistem tertutup yang masih belum diputuskan karena masih dalam proses uji materi.

Sistem proporsional tertutup merupakan suatu sistem pemilu di mana pemilih hanya dapat memberikan suara kepada partai politik dan partai politik menentukan urutan calon-calon yang akan menduduki kursi berdasarkan perolehan suara partai secara keseluruhan. Dalam sistem ini, pemilih tidak memiliki pilihan langsung untuk memilih calon legislatif tertentu, melainkan hanya dapat memilih partai.

Sementara itu, sistem proporsional terbuka adalah sistem pemilu di mana pemilih memiliki pilihan untuk memberikan suara kepada calon-calon individual dalam suatu partai. Suara pemilih akan mempengaruhi perolehan suara calon dari partai tersebut. Jumlah kursi yang diperoleh oleh partai akan ditentukan berdasarkan perolehan suara partai secara keseluruhan dan peringkat calon dalam partai tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan utama antara kedua sistem ini terletak pada keterlibatan pemilih dalam memilih calon. Pada sistem proporsional tertutup, pemilih hanya memilih partai, sementara pada sistem proporsional terbuka, pemilih memiliki kebebasan untuk memilih kandidat individual di dalam partai.

Penerapan sistem proporsional terbuka ataupun tertutup pada dasarnya ada plus dan minusnya. Sebagai contoh sistem terbuka disini akan lebih mendekatkan antara calon wakil rakyat dengan pemilihnya dan dimungkinkan bisa menjaga suara partai.

Namun demikian hal ini dapat dimanfaatkan calon wakil rakyat ingin maju secara instan. Mereka hanya mengandalkan popularitasnya saja tanpa ada ikatan ideologis dan struktur partai.

Padahal, pengalaman dan kecakapan dalam berorganisasi sosial politik atau pemahaman tentang fungsi partai yang harus benar-benar ditekankan.

Hal ini berbanding terbalik dengan sistem tertutup yang terkesan dapat memberikan jarak antara calon wakil rakyat dan pemilih. Rakyat memasrahkan wakil rakyat terbaik kepada partai yang dipilihnya. Partai yang akan menentukan kredibilitas keorganisasian sosial politik kandidat dengan standar mereka masing-masing.

Kedepannya apapun yang menjadi putusan dari Mahkamah Konstitusi, terpenting adalah suara rakyat tetap terdengar nyaring dan jernih. Kita sebagai rakyat Indonesia berharap Pemilu 2024 akan datang dapat berjalan dengan baik. Pemilu 2024 mesti berjalan sesuai azasnya yaitu langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil saat menentukan sosok yang kredibel dan kapabel dalam mewakili rakyat.

Caranya dengan partai membuka saluran aspirasi yang memberi masukan berupa karakteristik kandidat dan kebijakan yang dibutuhkan publik. Saluran ini bisa menjadi ruang partisipasi juga bagi konstituen untuk mengawasi kinerja wakilnya. Karena pada dasarnya, aspek yang terpenting dalam demokrasi adalah kehendak rakyat.**

(RI)