Lintas7News.com – Salah satu kota di Brasil, Serrana, nyaris memasuki fase normal setelah sebagian besar penduduknya sudah mengikuti program vaksinasi Covid-19 dengan suntikan Sinovac.
Serrana mengalami perkembangan setelah Institut Butantan melakukan eksperimen yang dikenal sebagai “Project S” untuk menguji efikasi vaksin Sinovac selama empat bulan.
Setelah eksperimen ini, angka kematian akibat Covid-19 turun hingga 95 persen, rawat inap 86 persen, dan kasus bergejala ringan sampai 80 persen.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Direktur Institut Butantan, Ricardo Palacios, mengatakan bahwa hasil uji coba itu menunjukkan pandemi dapat dikendalikan jika tiga perempat populasi divaksinasi penuh dengan Sinovac.
Kota Serrana sendiri terbagi menjadi empat daerah. Menurut Palacios, pandemi Covid-19 sudah dapat terkendali meski hanya 3 daerah yang sudah menjalankan vaksinasi.
“Hasil terpenting adalah pemahaman bahwa kita dapat mengendalikan pandemi bahkan tanpa memvaksinasi seluruh populasi,” kata Palacios.
“(Program tersebut) menunjukkan adanya perlindungan dan bahwa vaksin itu efektif. Tidak diragukan lagi,” kata salah satu pendiri Butantan Institute, Gonzalo Vecina.
Meski begitu, Vecina mengatakan masih ada pertanyaan yang belum terjawab dan memerlukan lebih banyak data untuk menganalisis hasil dengan benar.
Salah satu pertanyaan belum terjawab adalah mengenai orang-orang yang tak terbentuk kekebalan imunnya meski sudah disuntik.
Laju penyebaran virus corona di Serrana memang melambat. Namun, daerah dekat Serrana, Ribeirao Preto, sedang mengalami lonjakan kasus Covid-19. tengah melonjak. Kenaikan itu diduga karena varian Covid-19 yang lebih menular.
Rumah sakit diRibeiraoPreto penuh dengan pasienCovid-19 sehingga wali kota menerapkan pembatasan ketat pekan lalu, termasuk untuk transportasi umum dan jam malam.
Tak hanya itu, hampir semua toko tutup, sementara sebanyak 95 persen tempat tidur di ICU dihuni oleh pasien Covid-19.
Salah satu warga Ribeiro Preto, Elmano Silveira, mengeluhkan penanganan pandemi di tempat tinggalnya. Ia berharap tinggal di Serrana, daerah yang sempat dipandang sebelah mata sebelum program vaksinasi.
“Teman-teman saya dari sana sering menelpon saya. Sekarang saya menghubungi mereka,” kata Silveira.
“Sebelum pandemi, kami memiliki aktivitas yang padat di sini. Itu benar-benar sibuk. Sekarang seperti gurun.”
Perkembangan di Serrana ini menjadi sorotan setelah Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, sempat beberapa kali menyatakan keraguan akan keampuhan vaksin Sinovac.
Tahun lalu, dia menyebut pemerintahannya tak akan membeli vaksin produksi perusahaan China itu. Bolsonaro juga menekankan bahwa ia tak akan membiarkan warganya menjadi kelinci percobaan.
Kementerian Kesehatan Brasil baru menandatangani kesepakatan untuk membeli puluhan juta dosis Sinovac setelah bagian administrasi kesehatan menyetujuinya pada Januari.
Pekan lalu, kepala Instituto Butantan, Dimas Covas, mengatakan bahwa seandainya pemerintah bertindak lebih cepat, Brasil akan memiliki dua kali lipat vaksin Sinovac. Kini, negara itu hanya punya 100 juta dosis vaksin.
Senada, Gubernur Sao Paulo, Joo Doo Doria, juga menilai vaksin akan membantu daerahnya menuju fase normal.
“Bisa terjadi di seluruh Brasil jika bukan karena penundaan vaksinasi. Hasil ini menunjukkan hanya ada satu cara untuk mengendalikan pandemi: vaksin, vaksin, vaksin,” katanya.
Wali Kota Serrana, Leo Capitanelli, pun mengaku senang dengan perkembangan di daerahnya. Ia pun berencana menggelar festival musik untuk sekitar 5.000 penonton yang telah disuntik dengan vaksin Sinovac.
“Proyek ini membawa kebanggaan kami kembali, dan itu akan membawa harapan untuk awal yang baru tahun depan,” katanya.
Mulai beraktivitas di ruang publik
Baru-baru ini, terlihat banyak aktivitas di ruang publik di Serrana. Warga tampak saling berbincang dengan tetangga, dan sejumlah keluarga mengadakan acara barbekyu akhir pekan.
Orang-orang mulai bermunculan di tengah kota, untuk potong rambut atau jalan-jalan ke restoran.
“Kami sekarang kenyang seperti dulu,” ujar seorang karyawan toko minuman dan makanan ringan, Rogerio Silva.
“Beberapa minggu yang lalu, orang tak lagi mengantre di sini, tak akan makan di dalam, dan saya tidak akan membiarkan mereka menggunakan kamar mandi. Sekarang sudah kembali [normal].”
(CNNIndonesia/RI)