Kronologi Tragedi Kanjuruhan Dipicu dari Minta Foto

banner 468x60

Malang, Lintas7news.com — Aremania Korwil Bantur menyebut tragedi Kanjuruhan dipicu suporter yang meminta foto usai pertandingan Arema vs Persebaya di Liga 1 2022/2023.

Dilansir dari CNN Indonesia, Aremania Korwil Bantur The Black Lion, Slamet Sanjoko di Kabupaten Malang, memberikan kronologi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menyebabkan 131 orang meninggal dunia akibat kericuhan usai laga Arema vs Persebaya di Liga 1 (2/9).

banner 336x280

Slamet Sanjoko mengatakan awalnya jalannya pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan kondusif.

“Awalnya, ada dua orang yang mau berfoto setelah pertandingan bersama pemain Arema FC. Kami sudah menyampaikan ke petugas untuk tidak memberikan izin,” kata Slamet Sanjoko dikutip dari CNN Indonesia.

Namun, karena dua orang suporter Aremania tersebut terus memaksa untuk masuk dalam area lapangan, akhirnya dua orang suporter diiizinkan masuk ke lapangan.

Peristiwa Berdarah Kanjuruhan

Menurutnya, setelah kedua orang tersebut diizinkan untuk memasuki area lapangan tersebut kedua anak itu ternyata menghampiri pemain Arema FC yang saat itu masih berada di dalam lapangan untuk meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

“Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ,” ujar Sanjoko.

Aksi dari dua orang suporter tersebut memicu pendukung lainnya untuk memasuki area lapangan. Namun, ia tetap meminta kepada rekan-rekannya yang dari wilayah Bantur untuk tidak ikut masuk ke dalam lapangan.

Setelah melihat situasi mulai tidak terkendali, ia bersama rekan-rekannya segera mengemasi bendera yang mereka bawa. Selain itu, ia bersama sejumlah Aremanita bergegas mencari jalan keluar.

“Sekitar tiga menit kami keluar gerbang, itu ada tembakan gas air mata ke arah tribune, kami lolos dan tidak tahu bagaimana kondisi di dalam. Namun ada rekan yang terkena gas air mata,” ujarnya.

Penembakan gas air mata ke arah tribun membuat para penonton panik dan berusaha untuk berhamburan keluar.

Saat itu, lampu Stadion Kanjuruhan juga sudah dimatikan oleh petugas meski kondisi tribun masih penuh penonton.

“Kalau yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribune salah apa, tapi ditembak gas air mata,” ujarnya.

Sebagai informasi, petugas menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai laga antara Arema FC melawan Persebaya. Setelah peluit panjang ditiup, ribuan suporter masuk ke dalam lapangan dan mengejar pemain serta official.

(oas)

banner 336x280
Bagikan Melalui

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *