Lintas7News.com – Perayaan Hari Natal di India diwarnai kekerasan mulai dari penghancuran patung Yesus dan pembakaran ornamen Sinterklas yang berlangsung selama bulan ini.
Sejumlah acara perayaan Natal tahun ini menjadi sasaran kelompok sayap kanan Hindu di tengah intoleransi dan kekerasan terhadap umat Kristen yang terus meningkat di India dalam beberapa waktu terakhir.
Kaum ekstremis Hindu India menuduh umat Kristen, yang mewakili 2 persen populasi negara itu, memanfaatkan perayaan Natal untuk menarik orang Hindu pindah agama.
Pada malam Natal Jumat (24/12), acara di sebuah sekolah di Pataudi, Haryana, diganggu oleh anggota kelompok sayap kanan Hindu. Kelompok itu mengklaim acara yang diselenggarakan, termasuk menyanyikan lagu Natal dan ajaran Alkitab, digunakan untuk ‘mencuci otak’ anak-anak lewat drama dan pidato agar menerima nilai-nilai Kristen.
Tak hanya itu, Patung Yesus juga sempat dihancurkan di negara bagian Haryana sehari setelah Natal. Gereja Penebus Suci di Ambala juga tak luput dari sasaran kekerasan.
Berpindah ke kota Agra di Uttar Pradesh, anggota kelompok sayap kanan Hindu membakar patung Sinterklas yang berada di depan sekolah di bawah yayasan misionaris. Mereka juga menuduh para misionaris di India menggunakan perayaan Natal untuk memikat masyarakat untuk memeluk agama Kristen.
“Saat Desember datang, misionaris Kristen menjadi aktif atas nama Natal, Sinterklas, dan Tahun Baru. Mereka memikat anak-anak dengan memberikan hadiah Sinterklas ke mereka dan menarik mereka menuju kekristenan,” tutur Sekretaris Jenderal Regional Bajrang Dal, Ajju Chauhan.
Bajrang Dal merupakan salah satu anggota kelompok sayap kanan Hindu yang memimpin protes.
Di wilayah Assom, dua pengunjuk rasa menggunakan saffron, warna khas nasionalisme Hindu, memasuki gereja pada malam Natal dan mengganggu misa. Mereka juga menuntut semua masyarakat Hindu yang ada di sana untuk keluar dari gereja.
“Biarkan orang Kristen yang merayakan Natal,” kata salah satu pria dalam video yang direkam kala mereka masuk dan mengganggu acara Natal di gereja tersebut.
“Kami menentang anak lelaki dan perempuan Hindu berpartisipasi dalam acara Natal, itu melukai sentimen kami. Mereka berpakaian rapi di gereja dan semua orang menyanyikan Selamat Natal. Bagaimana agama kami akan selamat?” papar pria itu menambahkan.
Sementara itu, pihak kepolisian telah menangkap dua pria ini.
Perayaan Natal yang dilaksanakan tiap tahun di Matridham Ashram di Uttar Pradesh juga kerap menjadi target kelompok sayap kanan Hindu yang menyerukan kalimat ‘hentikan konversi’ atau ‘kematian bagi misionaris.’
Dilansirkan dari CNNIndonesia.com – Pastor Anand, salah satu pendeta di ashram, mengatakan bahwa protes ini menunjukkan meningkatnya serangan bagi umat Kristen di India dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa penyebabnya yakni kabar konversi paksa dari Hindu ke Kristen semakin merajalela hingga memicu histeria anti-Kristen semakin berkembang.
“Ini adalah simbol dari apa yang terjadi karena orang-orang ini memiliki impunitas, dan ini meningkatkan ketegangan. Setiap Minggu merupakan hari yang menakutkan dan traumatis bagi umat Kristen, terutama masyarakat yang menjadi umat gereja kecil,” cerita Anand.
Intoleransi antara umat Hindu dan Kristen kian berkembang sejak partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi berkuasa.
Menurut laporan Organisasi Persecution Relief, kejahatan terhadap umat Kristen meningkat sebanyak 60 persen dari 2016 hingga 2019 di India. Dalam laporan yang dirilis pada Oktober, lebih dari 300 serangan ke umat Kristen terdokumentasikan. Serangan-serangan ini terjadi selama sembilan bulan pertama di 2021.
Selain Kristen, umat Muslim juga kerap menjadi target kekerasan nasionalis Hindu India.
(CNNindonesia/RI)