Raja Mohammed VI setelah diberi pengarahan oleh para pejabatnya memerintahkan pembentukan komisi untuk penerapan rehabilitasi dan bantuan darurat untuk membangun kembali perumahan yang hancur.
Ia juga diberi arahan untuk memberi perawatan kepada orang-orang terdampak khususnya anak yatim dan kelompok rentan.
Raja juga memerintahkan akomodasi makanan dan semua kebutuhan dasar lainnya tersedia bagi yang membutuhkan. Selain itu, dia juga membentuk rekening khusus di bank sentral untuk sumbangan bantuan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa magnitudo 6.8 ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah negara Maroko.
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut gempa tersebut merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif di Zona Pegunungan Atlas, Maroko.
Episenter gempa ini terletak pada koordinat 31.01° lintang utara dan 8.46 derajat bujur barat, tepatnya di darat dengan kedalaman hiposenter sangat dangkal, yakni pada 28 kilometer.
“Gempa berkekuatan Mw6,9 ini merupakan gempa utama (mainshock) dan yang terbesar dalam catatan sejarah yang pernah terjadi di Maroko. Laporan terkini menunjukkan bahwa
gempa tersebut menimbulkan kerusakan dengan korban jiwa meninggal,” kata Daryono dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Sabtu (9/9).
Hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki mekanisme sumber pergerakan naik (thrust fault), yang mencerminkan adanya gaya tekan (compressional) yang terjadi pada zona tektonik sumber gempa tersebut.
Hingga kini belum ada informasi terkait WNI yang menjadi korban gempa bumi, hal ini disampaikan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Rabat.
“Hingga saat ini tidak terdapat informasi adanya korban WNI,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kemlu Judha Nugraha dalam keterangan tertulis, Sabtu kemarin.**
(RI)