Lintas7News.com – Setidaknya 132 warga desa Solhan, Provinsi Yagha, Burkina Faso, dilaporkan tewas akibat pembantaian yang dilakukan oleh sebuah kelompok militan pada Sabtu pekan lalu.
Pihak berwenang Burkina Faso melaporkan para penyerang tersebut turut membakar rumah-rumah hingga pasar di desa yang berbatasan dengan Niger tersebut pada Sabtu malam. Selain korban tewas, penyerangan itu turut melukai 40 penduduk lainnya.
Hingga kini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan militan terburuk di negara Afrika Barat tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Pemerintah Burkina Faso menganggap para pelaku sebagai teroris dan mendeklarasikan masa berkabung selama 72 jam atas tragedi tersebut.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, marah dan mengecam keras serangan militan yang turut menewaskan tujuh anak-anak tersebut.
Terlepas dari kehadiran ribuan pasukan penjaga perdamaian PBB, serangan kelompok militan yang terkait Al-Qaidah dan ISIS di wilayah Sahel, Afrika Barat, terus meningkat tajam sejak awal 2021, terutama di Burkina Faso, Mali, dan Niger.
Sebagian besar korban serangan teroris itu adalah warga sipil.
Menurut Direktur Human Rights Watch kawasan Afrika Barat, Corinne Dufka, pembantaian di Desa Solhan ini menambah panjang deretan serangan kelompok bersenjata di wilayah Sahel menjadi lebih dari 500 kali sejak Januari lalu.
Kekerasan di Burkina Faso sendiri telah membuat lebih dari 1,14 juta orang mengungsi hanya dalam waktu dua tahun, di saat yang sama, negara miskin dan gersang itu juga menampung sekitar 20.000 pengungsi dari negara tetangga Mali.
(CNNIndonesia/RI)