WASHINGTON – Militer Amerika Serikat (AS) ternyata pernah menembakkan rudal presisi pada tahun 2017 untuk menunjukkan kepada Korea Utara (Korut) tentang kemampuannya untuk secara tepat menyerang target apa pun, baik itu lokasi peluncuran di Korut atau pemimpinnya yang menyaksikan peluncuran uji coba senjata Pyongyang.
Manuver Amerika itu diungkap jurnalis Washington Post, Bob Woodward, dalam bukunya “Rage” yang akan dirilis Selasa (15/9).
Seperti di Lansir dari sindonews.com, selasa, (15/9/2020). Menurut buku Woodward, tindakan Amerika itu dilakukan sebagai tanggapan atas uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara yang mampu mencapai Amerika Serikat.
Mengutip berbagai pejabat AS, termasuk mantan Menteri Pertahanan James Mattis, Woodward mengatakan Pasukan AS Korea (USFK) kemudian bereaksi dengan rudal taktis yang menempuh jarak 186 mil sebelum jatuh ke Laut Timur.
“Itu adalah jarak yang tepat antara titik peluncuran rudal AS dan lokasi uji coba rudal Korea Utara, serta tenda tempat foto satelit menunjukkan Kim Jong-UN sedang menyaksikan peluncuran rudal,” tulis Woodward, yang kutipannya dipublikasikan Yonhap, Senin (14/9).
“Artinya dimaksudkan untuk menjadi jelas; Kim Jong-un perlu mengkhawatirkan keselamatan pribadinya,” kata Woodward, yang menambahkan bahwa tidak pernah dikonfirmasi apakah Korea Utara telah menerima pesan tersebut atau tidak.
Korea Utara, entah tidak sadar atau acuh tak acuh, terus meningkatkan provokasinya, dengan meluncurkan ICBM yang lebih kuat hanya tiga minggu kemudian pada 28 Juli.”Yang bisa menempuh 6.200 mil dan menghantam sebagian besar benua Amerika Serikat,” tulis Woodward.
Pada 29 Agustus tahun yang sama, Korea Utara meluncurkan rudal lain, yakni rudal jarak menengah yang terbang langsung di atas Jepang, yang digambarkan Woodward sebagai eskalasi yang jelas dalam provokasi yang mengubah karakter ancaman.
“Mattis dapat melihat tekanan militer maksimum tidak dirasakan atau dilihat oleh (Korea) Utara. Dia mulai mencari opsi tanggapan yang lebih agresif dan bertanya-tanya apakah mereka harus mengambil tindakan pemboman yang sebenarnya di pelabuhan Korea Utara untuk mengirim pesan tersebut,” tulis Woodward.
Bagian awal buku ini juga membahas tentang penderitaan Mattis tentang apakah dia harus membuat keputusan untuk menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan AS dari Korea Utara.
“(Mattis) tidak berpikir bahwa Presiden (Donald) Trump akan melancarkan serangan pendahuluan di Korea Utara, meskipun rencana untuk perang seperti itu ada di rak,” kata Woodward dalam bukunya.
Reporter “Watergate” itu mengklaim bahwa Komando Strategis AS di Omaha, Nebraska, telah dengan cermat meninjau dan mempelajari Rencana Operasi 5027 (OPLAN 5027) yang katanya ditujukan untuk perubahan rezim di Korea Utara, yang mencakup penggunaan 80 senjata nuklir.
“Ini sangat membebani saya setiap hari. Saya harus mempertimbangkan setiap hari ini bisa terjadi. Ini bukan masalah teoritis,” kata Mattis yang dikutip Woodward.
“Saya benar-benar fokus pada bagaimana mencegah ini atau menghentikannya secepat mungkin. Menyadari bahwa situasi yang paling buruk mungkin akan mendikte penggunaan senjata nuklir, dengan segala arti dalam istilah, bukan hanya perang itu, tetapi cara itu akan mengubah dunia. Sekarang senjata nuklir bisa digunakan lagi,” ujar mantan bos Pentagon tersebut kepada Woodward.
Dalam bab terpisah, Woodward berbicara tentang salah satu dari 18 wawancara yang dia lakukan dengan Presiden Donald Trump untuk bukunya, di mana dia bertanya seberapa dekat AS dalam perang dengan Korea Utara pada 2017.
“Jauh lebih dekat daripada yang diketahui siapa pun. Jauh lebih dekat,” kata Trump.
Ketegangan antara Washington dan Pyongyang mulai mendingin pada akhir 2017 ketika Korea Utara menyatakan telah menyempurnakan kemampuan nuklir dan ICBM-nya.
Hubungan keduanya semakin membaik ketika Trump dan Kim Jong-un mengadakan pertemuan puncak AS-Korea Utara yang pertama di Singapura pada Juni 2018.(*)