Kunci Evolusi Asia Timur, Arkeolog China Temukan Fosil Manusia Lengkap
Lintas7news.com – Sejumlah arkeolog China menemukan fosil tulang-belulang manusia yang nyaris lengkap di provinsi Hubei tepatnya di daerah Yun. Fosil itu berusia satu juta tahun dan disebut mengisi gap evolusi manusia di Asia Timur.
Melansir South China Morning Post, fosil itu menyediakan dasar yang penting untuk mengevolusi pola evolusi manusia kuno dan asal Homo erectus di Asia Timur. Fosil itu sendiri ditemukan di lokasi yang sama dengan fosil tulang yang ditemukan 30 tahun lalu.
Perbedaannya, fosil yang baru ditemukan ini hampir lengkap tanpa distorsi visual seperti penemuan sebelumnya. Sejauh ini, tulang depan, orbit, dan bagian lain dari kepala telah digali dengan sisa fosil lainnya diprediksi akan digali pada November bulan depan.
“Ada sedikit sekali fosil manusia berusia satu juta tahun. Di China dan Asia Timur, hanya ada satu yang berusia 1 juta tahun yakni fosil Yuanmou yang berumur 1,7 juta tahun lalu serta fosil Lantian yakni 1,6 hingga 1,2 juta tahun lalu,” kata Gao Xing, pemimpin proyek arkeologi ini.
Dilansir dari CNNIndonesia.com – Para arkeolog meyakini, penemuan ini punya nilai tak tergantikan karena mengisi gap yang sangat panjang dari evolusi manusia di Asia Timur. Fosil yang baru ditemukan ini telah mengisi gap evolusi dari Homo erectus di Asia Timur antara fosil Yuanmou, Lantian, dan Peking (berusia 800 ribu tahun lalu).
Selain fosil manusia ini, fosil binatang dan produk bebatuan juga ditemukan dalam jumlah yang banyak. Hal itu menyiratkan bahwa orang-orang di daerah Yun pada era itu adalah pembuat alat-alat yang mahir dan bekerja sebagai pemburu
“Di lapisan yang sama dengan tulang ini, jumlah fosil mamalia telah ditemukan yang kebanyakan adalah badak, gajah, kuda, dan rusa,” kata Gao.
Selain para herbivora, fosil hewan karnivora seperti leopard dan macan juga ditemukan di sini. Di sisi lain, alat-alat dari bebatuan diduga digunakan untuk memotong dan berburu hewan-hewan tersebut.
“Bukti ini menunjukkan bahwa orang-orang di Yun mengonsumsi mayoritas herbivora besar,” ujar Gao.
Mengutip Global Times, sejumlah institusi bidang arkeologi di China terus mengembangkan teknologi baru untuk mengecek usia dari fosil dan riset lingkungan pada zaman dahulu.
Selama riset dari penemuan baru ini, tim arkeolog menggunakan pemindaian laser dan rekonstruksi tiga dimensi. Selain itu, mereka juga memakai analisa mikromorfologis, riset geologi serta geomorfologi dan rekonstruksi paleo-lingkungan.
Para arkeolog China berusaha memaksimalkan teknologi modern tersebut untuk studi mereka. Hal itu berguna untuk memastikan kualitas dan standar tinggi kerja-kerja arkeologi China.
(CNNIndonesia/NB)